Kisah 1 - Imam Hassan Al-Banna dengan sandal
Seorang tua renta mempunyai seorang putera pergi bertempur bersama ikhwan
melawan Yahudi di Palestina. Lalu ia pergi menuju ke Pejabat Pusat Ikhwanul
Muslimin di Kaherah untuk menemui Ustaz Mursyid Am Hassan al-Banna. Ia
mohon agar Ustadz Hasan al-Banna memberi keringanan kepada puteranya
dari keikutsertaan pertempuran itu.
Hassan al-Banna menyambutnya dengan baik. Sebelum orang tua itu masuk
ruangan pejabat, ia menanggalkan sandalnya di dekat pintu. Setelah Ustaz
al-Banna berbincang-bincang dengannya, meredalah rasa takut dalam jiwanya.
Setelah itu, beliau pun berdiri untuk mengantarkannya sampai ke pintu dan
orang tua itu kelihatan kekok untuk mendapatkan sandalnya.
Tampaknya penglihatannya lemah, cepat-cepat Imam al-Banna mengambilkan
sandalnya dan memakaikannya. Orang tua itu sangat terkesan dengan sikap
Ustadz al-Banna dan ia merasa menyesal. Sebahagian ikhwan menyaksikan
kejadian itu, mereka merasa malu terhadap diri mereka sendiri, dan
mereka mendapatkan pelajaran bagaimana seharusnya seorang dai bersikap
terhadap orang tua.
Kisah 2 - Imam Hassan Al-Banna ketika Letih
Syekh Ismail Hamdi seorang pendidik di kota Iskandariyyah bercerita, ia
dalam perjalanan bersama Ustaz Hasan al-Banna di Mesir Atas. Setelah
perjalanan panjang di sebagian desa itu, pada suatu petang, tibalah waktu
shalat Isya.
Ustaz al-Banna berkata kepada Syekh Ismail Hamdi, “Saya letih sekali,
kami ingin agar Anda menjadi imam shalat.” Maka Syekh Ismail maju
untuk mengimami shalat, akan tetapi ia shalat dengan surah-surah pendek.
Ketika shalat berakhir, Hasan al-Banna berkata kepadanya “Mengapa
Anda shalat dengan surah-surah pendek.” Ia menjawab, “Kerana Anda
mengatakan ”Saya letih sekali’, oleh sebab itu saya membaca surah-surah
pendek untuk meringankan Anda.”
Ustaz al-Banna berkata, “Wahai saudaraku, junjungan kita Rasulullah
berkata kepada Bilal, ‘Hai Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat.’
Beliau tidak berkata, ‘Hai Bilal istirahatkanlah kami dari shalat.’
No comments:
Post a Comment